BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkecambahan adalah salah satu tahap yang termasuk ke
dalam rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan berupa tumbuhnya embrio
yang terdapat pada biji. Embrio tersebut akan tumbuh menjadi plantula (tumbuhan
kecil) yang akan tumbuh semakin besar menjadi tumbuhan dewasa. Perkecambahan
suatu biji dipengaruhi oleh faktor internal (genetik dan fisiologi) dan faktor
eksternal ( Kelembaban, pH, air, oksigen, suhu, cahaya dan nutrisi).
Dalam
perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan.
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi
(bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan,
perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat
diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur
apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan,
perkembangan juga dapat dilihat dari tunas, hanya saja tidak diukur melainkan
melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari tunas. Seperti
pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya. Pertumbuhan dan
perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung media
tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Media
tanam merupakan media atau tempat dimana tanaman atau biji dapat tumbuh dan
berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan sejenis
lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu
menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan
penelitian, mahasiswa selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka. Dan
sering kali tidak melakukan percobaan menggunakan media tanam lain seperti
sekam, serbuk kayu, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penilaian tentang ”PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN Glycine max”
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Sejauh
manakah pengaruh media tanam terhadap perkecambahan Glycine
max?
b. Jenis
media tanam apa ssajakah yang cocok untuk perkecambahan Glycine
max?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
a. Mengetahui
pengaruh media tanam terhadap perkecambahan
Glycine max
b. Mengetahui
media tanam yang cocok untuk perkecambahan
Glycine max
D.
MANFAAT
PENELITIAN
a. Dapat
mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan Glycine
max
b. Dapat
mengetahui media tanam yang cocok untuk perkecambahan Glycine
max
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
MEDIA
TANAM
Media
tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan
dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam
dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik
a. Bahan Organik
Media
tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen
organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga,
buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih
unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik
sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan
organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang
tinggi.
Bahan
organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2),
air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang
dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang
terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya,
media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara
sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami
dekomposisi. Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media
tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk
kandang, dan humus.
b. Bahan Anorganik
Bahan
anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari
proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut
diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik,
dan kimiawi.
Berdasarkan
bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat
digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih
dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah
liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal
dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media
anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil,
pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
Tanah merupakan lapisan kulit bumi palin
luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan yang dalam proses
terjadimya telah bercampur dengan macam-macam bahan organik. Terbentuknya tanah
dipengaruhi oleh factor bahan induk, iklim, organisme, bentuk wilayah, dan
waktu.
Perbandingan komponen tanah yang baik
yang dibutuhkan tanaman adalah bahan mineral 45 persen, bahan organic 5 persen,
air 25 persen, dan udara 25 persen. Jika di dalam tanah terdapat sedikit
nitrogen, maka pertumbuhan akar lebih cepat. Sebaliknya jika di dalam tanah
kaya nitrogen maka pertumbuhan akar akan lambat.
Komponen mineral dalam tanah terdiri
dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut
ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan
Liat, berukuran dibawah 2 mikron.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada
proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada
tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau
liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara
yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi
pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan
sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat
kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen
yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah pasir sedikit mengandung unsure
hara tanah seperti nitrogen. Di dalam tanah pasir juga tidak terdapat
mikroorganisme maupun bahan organik yang membantu proses penyuburan tanah.
Padahal kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan mempunyai perbandingan
komponen tanah, yaitu mineral 45 persen, bahan organik 5 persen, air 25 persen,
dan udara 25 persen.
Tanah
pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Media tanam pasir sebenarnya kurang baik karena
mempunyai porositas yang besar dan tidak dapat menyerap air tetapi hanya dapat
meneruskan air. Pasir juga menyerap sangat sedikit air dan nutrisi.
Tetapi keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air.
Media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif.
B.
PERKECAMBAHAN
GLYCINE MAX
Kedelai
(kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu
tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu
di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan
Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat.
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru
dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Kedelai
merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar
tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi
tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya
kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman
hari-pendek
dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa
siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya
produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
Biji
kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan
endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning,
hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat
pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula
yang bundar atau bulat agak pipih.
Biji
kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah
kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna
hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang
berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu,
sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan
sebagai sayuran (tauge).
Tanaman
kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh
menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah
turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan
air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga
120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut
air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya
bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri
pengikat nitrogen
Bradyrhizobium
japonicum
yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah
mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari
setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara
dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai
setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
Kedelai
berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang,
tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak
bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah
terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga
serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang,
ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama
besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga
secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur
sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah
terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
Bunga
kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan
alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga
kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong
walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok
sebelum membentuk polong.
Buah
kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong.
Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama
proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah
menjadi kehitaman.
Pada buku
(nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun
tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu
dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga
mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh berbagai yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
proses perkecambahan yaitu :
a. Hormon
Hormon
adalah sinyal kimia yang mengkoordinasi bagian-bagian suatu organisme
(Campbell. 2002: 378). Di antara banyak hormon yang berpengaruh dalam
perkecambahan yaitu : hormon auksin bekerja
merangsang pembelahan dan pemanjangan sel – sel, meningkatkan perkembangan
bunga dan buah dan merangsang terjadinya fototropisme. Hormon giberilin bekerja merangsang pertumbuhan batang dan daun dan
berperan penting dalam proses perkecambahan (merangsang embrio, membentuk
suspensor).
b. Kematangan Embrio
Embrio harus mengalami pematangan oleh hormon – hormon
agar mengalami proses diferensiasi sel, histogenesis, dan organogenesis
sehingga terbentuk kecambah dan berkembang menjadi individu baru.
c. Faktor Genetis
Gen yang diturunkan dari tanaman induk ke embrio bisa
saja gen dominan, sehingga tumbuhan dapat bersaing mendapatkan nutrisi dengan
tumbuhan lain. Atau gen resesif yang tumbuh tidak optimal dan tidak mampu
bersaing dengan tumbuhan lain.
Faktor
eksternal yang mempengaruhi proses
perkecambahan yaitu :
a.
Kelembaban udara
Jika kelembaban udara rendah, laju transpirasi meningkat sehingga
penyerapan air dan zat – zat mineral juga meningkat. Hal ini akan membuat
pertumbuhan tanaman meningkat. Begitu juga sebaliknya.
b.
Intensitas cahaya
Fotosintesis hanya bisa terjadi jika ada cahaya. Jika tidak ada cahaya,
fotosintesis tidak akan terjadi sehingga tidak tersedia sumber energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Intensitas cahaya juga berpengaruh
terhadap kerja hormon auksin.
c.
Suhu
Hormon hanya dapat bekerja optimal jika suhu lingkungan juga optimal.
Jika suhu melebihi optimal, aktivitas hormon akan berkurang. Demikian juga jika
suhu terlalu rendah, reaksi kimia di dalam sel akan terganggu sehingga
pertumbuhan juga terganggu.
d.
Nutrisi
Nutrisi diperlukan sebagai sumber energi dan sebagai penyusun komponen –
komponen sel bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Jika tumbuhan
kekurangan nutrisi, akan mengalami defisiensi.
e.
Kadar oksigen (areasi)
Oksigen di dalam tanah diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi.
Respirasi akar akan bermanfaat dalam perkembangan sel – sel akar dan juga
berguna untuk membantu penyerapan nutrisi dari dalam tanah.
f. Kadar air
Air yang cukup diperlukan untuk meningkatkan kadar oksigen dari dalam
tanah. Air juga berperan dalam peristiwa imbibisi yang menyebabkan perubahan
kondisi di dalam sel sehingga hormon – hormon pertumbuhan diaktifkan.
D.
HIPOTESIS
Terdapat
pengaruh media tanam terhadap perkecambahan
Glycine max
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
WAKTU
PENELITIAN
Penelitian
ini berlangsung dari tanggal 2 mei-12 mei 2012.
B.
ALAT
dan BAHAN PENELITIAN
a. Alat
Penelitian
a)
Pot
b)
Alat tulis
b. Bahan
Penelitian
a)
Biji Glycine
max
b)
Media tanam, yaitu : kapas, tanah merah,
pasir, sekam, serbuk kayu, bubur kardus.
c)
Air
C.
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
a. Biji
Glycine max di rendam terlebih dahulu
di dalam air selama ± 2 jam, agar mempercepat proses perkecambahanya.
b. Pot
sebanyak 6 buah di isi dengan media tanam, yaitu : kapas, tanah merah, pasir,
sekam, serbuk kayu, bubur kardus. Pada masing-masing pot yang berbeda.
c. Sebanyak
10 biji Glycine max yang telah terlebih dahulu di rendam dalam air,
di semai kedalam masing pot yang telah di isi dengan media tanam yang berbeda.
d. Pot
di simpan di halaman rumah.
e. Diamati
perkecambahan biji Glycine max selama 10 hari dan di catat perkembanganya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
PENGAMATAN
A. Media Tanah
|
Hari Ke -
|
Tinggi batang
|
Panjang Daun
|
Lebar Daun
|
Keterangan
|
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Belum berkecambah
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
Berkecambah 1 cm
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
Berkecambah 3-4 cm
|
|
4
|
2,5 cm
|
-
|
-
|
Mulai muncul bakal daun tetapi belum
membuka
|
|
5
|
4 cm
|
-
|
-
|
Biji sudah membuka dan terlihat bakal
daun tetapi belum keluar sempurna
|
|
6
|
4 cm
|
-
|
-
|
Sudah muncul bakal daun tetapi belum
membuka dan melebar
|
|
7
|
8 cm
|
1,5 cm
|
1 cm
|
Pertumbuhan pesat, daun sudah membuka
|
|
8
|
15 cm
|
3 cm
|
1,7 cm
|
70% biji berhasil tumbuh dan
berkembang
|
|
9
|
18 cm
|
3 cm
|
2 cm
|
Bakal daun selanjutnya sudah mulai
terlihat
|
|
10
|
20 cm
|
4 cm
|
2,4 cm
|
Berkembang pesat dan semakin banyak
bakal daun yang akan tumbuh
|
Tabel pertumbuhan kedelai pada media
tanah
B. Media Abu Gosok
Tabel pertumbuhan kedelai pada media abu
gosok
|
Hari ke-
|
Tinggi batang
|
Keterangan
|
|
1
|
-
|
Masih berupa biji
|
|
2
|
1.8 cm
|
Sudah mulai berkecambah
|
|
3
|
2,9 cm
|
Muncul satu kecambah
|
|
4
|
4,5 cm
|
kecambah semakin bertambah tingginya
|
|
5
|
6,2 cm
|
Kecambah berwarna hijau
|
|
6
|
7,9 cm
|
Kecambah membelah
|
|
7
|
9.3 cm
|
Tanaman mulai muncul daun
|
|
8
|
11,7 cm
|
Tinggi tanaman bertambah dan
bentuk daun mulai terlihat
|
|
9
|
14,4 cm
|
Tanaman semakin tumbuh dengan
baik, dan kembali muncul adanya kecambah
|
|
10
|
16,8 cm
|
Tanaman berkembang baik, kecambah
telah berkembang menjadi tanaman kedelai kecil baru
|
C.
Media Pasir
Tabel pertumbuhan kedelai pada
media Pasir
|
Hari ke-
|
Tinggi batang
|
Keterangan
|
|
1
|
-
|
Masih berupa biji
|
|
2
|
-
|
Masih berupa biji
|
|
3
|
-
|
Muncul satu kecambah
|
|
4
|
1 cm
|
kecambah semakin bertambah tingginya
|
|
5
|
1,5 cm
|
Kecambah berwarna hijau
|
|
6
|
7 cm
|
Kecambah membelah
|
|
7
|
8 cm
|
Tanaman mulai muncul daun
|
|
8
|
13 cm
|
Tinggi tanaman bertambah dan
bentuk daun mulai terlihat
|
|
9
|
14 cm
|
Tanaman semakin tumbuh dengan
baik, dan kembali muncul adanya kecambah
|
|
10
|
18
|
Tanaman berkembang baik, kecambah
telah berkembang menjadi tanaman kedelai kecil baru
|
D. Media Serbuk Kayu
Tabel pertumbuhan
kedelai pada seerbuk kayu
|
Hari
ke-
|
Tinggi
|
Lebar
daun
|
Panjang
daun
|
|
1(Rabu)
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
|
6
|
Mulai berkecambah
|
-
|
-
|
|
7
|
berkecambah
|
-
|
-
|
|
8
|
0
|
0
|
0
|
|
9
|
0
|
0
|
0
|
|
10
|
0
|
0
|
0
|
Ket : (-) Belum terjadi
perubahan apa-apa
(0)
Tanaman mati
E. Media Kapas
Tabel pertumbuhan kedelai pada media
Kapas
|
Hari ke-
|
Tinggi batang
|
Keterangan
|
|
1
|
-
|
Mati
|
|
2
|
-
|
Mati
|
|
3
|
-
|
Mati
|
|
4
|
-
|
Mati
|
|
5
|
-
|
Mati
|
|
6
|
-
|
Mati dan Jamuran
|
|
7
|
-
|
Mati dan Jamuran
|
|
8
|
-
|
Mati dan Jamuran
|
|
9
|
-
|
Mati dan Jamuran
|
|
10
|
-
|
Mati dan Jamuran
|
F.
Media Kardus
Tabel pertumbuhan kedelai pada
media Kardus
|
Hari ke-
|
Tinggi batang
|
Keterangan
|
|
1
|
-
|
Masih berupa biji
|
|
2
|
-
|
Masih berupa biji
|
|
3
|
-
|
Muncul satu kecambah
|
|
4
|
1 cm
|
kecambah semakin bertambah tingginya
|
|
5
|
1,5 cm
|
Kecambah berwarna hijau
|
|
6
|
7 cm
|
Kecambah membelah
|
|
7
|
8 cm
|
Tanaman mulai muncul daun
|
|
8
|
13 cm
|
Tinggi tanaman bertambah dan
bentuk daun mulai terlihat
|
|
9
|
14 cm
|
Tanaman semakin tumbuh dengan
baik, dan kembali muncul adanya kecambah
|
|
10
|
18
|
Tanaman berkembang baik,
|
B.
PEMBAHASAN
1.
Media
Tanah
Tanah merupakan lapisan kulit bumi
palin luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan yang dalam
proses terjadimya telah bercampur dengan macam-macam bahan organik.
Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh factor bahan induk, iklim, organisme,
bentuk wilayah, dan waktu.
Perbandingan komponen tanah yang
baik yang dibutuhkan tanaman adalah bahan mineral 45 persen, bahan organic 5
persen, air 25 persen, dan udara 25 persen. Jika di dalam tanah terdapat
sedikit nitrogen, maka pertumbuhan akar lebih cepat. Sebaliknya jika di dalam
tanah kaya nitrogen maka pertumbuhan akar akan lambat.
Berdasarkan hasil yang telah
didapat, tanah merupakan media terbaik bagi perkecambahan dan pertumbuhan
kedelai. Hal itu dibuktikan dengan hasil dari hari pertama sampai hari ke-10
yang menunjukan peningkatan, baik dari segi tinggi batang, panjang daun dan
lebar daun. Pada hari ke-4 pengamatan, telah didapatkan hasil dari tinggi
batang kedelai sebesar 2,5 cm, setelah meencapai hari ke-10 tinggi kedelai
mencapai 20 cm. Jika dibandingkan dengan media tanam lainnya misalnya pasir,
media tanah lebih baik dan lebih cocok untuk media tanam kedelai. Tanah
merupakan media yang memiliki unsur paling lengkap dibandingkan media yang
lainnya. Tanah yang memiliki kualitas bagus memiliki kandungan unsur hara yang
lengkap. Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman :
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
2.
Media
Sekam Bakar
Sekam
dikenal sebagai campuran media yang cukup baik untuk mengalirkan air, sehingga
media tetap terjaga kelembabannya. Sekam adalah sekam yang sudah melewati
proses pembakaran yang tak sempurna berwarna hitam.
Komposisi
kimiawi dari sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 52% dan C
sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3,
K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa
bahan organik lainnya. pH sekam antara 8.5 - 9.
Sekam
memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini
menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena mendukung perbaikan
struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik. Karena kandungan dan sifat ini, sekam sering digunakan sebagai media
tanam tanaman hias maupun campuran pembuatan kompos.
Berdasarkan hasil pengamatan, sekam kurang cocok
untuk media perkecambahan kedelai karena pH terlalu basa, sehingga menghambat proses
perkecambahan. Selain itu di dalam percobaan ini media tumbuh yang di buat.
sekam tidak mencampurkan tanah di dalamnya. Di bandingkan dengan media tumbuh tanah media
tumbuh dari sekam ini, perkecambahanya lebih lambat akan tetapi di bandingkan
dewnngan media tumbuh yang lain seperti kapas, bubur kardus, media sekam ini
lebih baik.
3.
Media
Pasir
Berdasarkan hasil yang diperoleh
maka media tanah pasir dapat digunakan untuk menanam tumbuhan sebagai
alternative dari media tanah liat. Meskipun tanah pasir dapat digunakan sebagai
media tanam namun tanah ini memiliki beberapa kekurangan yang akan berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman. Tanaman yang di tanam dalam tanah pasir akan
mengalami pertumbuhan yang lambat. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa
kecambah kedelai muncul pada hari keempat. Dengan demikian berarti pertumbuhan
pada tanah pasir lebih lambat Tanah bertekstur pasir sangat mudah
diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif
yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau
tanahnya lebih cepat kering.
4.
Media
Serbuk Kayu
Dari
tabel tersebut dapat dilihat bahwa kacang kedelai yang di tanam pada serbuk
kayu hanya dapat berkecambah tetapi hanya dua hari dan hari berikutnya terjadi
pembusukan. Serbuk Kayu merupakan
bahan dasar pembuatan media tanam (baglog). Serbuk kayu mengandung beragam zat
didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan atau sebaliknya. Zat-zat yang
dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin. Sedangkan zat
yang dapat menghambat
pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah
dan atsiri. Dengan demikian serbuk kayu yang digunakan hendaknya dari pohon
tidak bergetah seperti albasia, randu, meranti dan lain-lain.
Serbuk kayu di Indonesia mudah diperoleh pada
pabrik-pabrik penggergajian kayu. Bahan ini sangat melimpah dan belum banyak
dimanfaatkan walaupun memiliki kegunaan lain seperti pembuatan papan partikel,
gerabah atau genting. Pemilihan serbuk kayu perlu memperhatikan kebersihan dan
kekeringan. Selain itu serbuk kayu yang akan digunakan haruslah masih segar.
Serbuk kayu yang telah lapuk atau busuk ada kemungkinan membawa kontaminan
seperti bakteri atau cendawan lain. Serbuk kayu
yang berasal dari kayu keras seperti albasia dan meranti sangat baik untuk
mempertahankan bentuk baglog agar tidak berubah. Serbuk kayu yang tercampur
oleh minyak atau oli perlu dihindarkan karena akan menghambat bahkan membunuh hifa-hifa
jamur.(Anonim, 2011)
Serbuk
gergaji kayu sebagai media tanam dapat di campur dengan bahan lain. Kayu atau
serbuk gergajian yang paling baik
digunakan sebagai media tanam : kayu harus steril, yakni tidak mengandung
pestisida atau bahan beracun lainnya. Karena itu, jangan digunakan kayu awetan
5.
Media
Kardus
Dari hasil pengamatan selama 10 hari pada perkecambahan, yang
ditanam pada media kardus memiliki
pertumbuhan yang tidak cepat, Faktor yang paling
berpengaruh dalam perkecambahan adalah Imbibisi, yaitu penyerapan air oleh
biji, adapun kacang hijau yang di rendam terlebih dahulu akan tumbuh lebih
cepat dari yang di cuci biasa. Seperti pada hasil
pengamatan pada perkecambahan kacang kedelai hanya satu yang tumbuh itupun
hanya berupa bakal, belum terdapat daun
yang sempurna. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh media terhadap pertumbuhan perkecambahan
sangat berpengaruh, selain hal tersebut
penngaruh intensitas cahaya sangat berpegaruh terhadap petumbuhan.
Pada saat melakukan pengamatan selama 10 hari media tanam diberi
air secukupnya untuk menjaga kelembaban pada media tanam tersebut. Bila kelembapan rendah, transpirasi akan meningkat
sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaanini dapat memacu
laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan perkecambahan mati dan
membusuk disebabkan, kurangnya suhu kelembaban udara, suhu lingkungan, mungkin
media tanam yang digunakan tidak sesuai digunakan untuk perkecambahan.
6.
Media
Kapas
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai pertumbuhan kacang kedelai
pada media kapas, sama halnya pada media sebelumnya, kacang kedelai sebelum
ditanam direndam terlebih dahulu didalam air, agar dapat membantu mempercepat
proses perkecambahan. Kita tahu bahwa Kedelai atau
kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan
dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang
dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max
(disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau
hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan
tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan,
sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Dan yang
kami gunakan untuk pengamatan yaitu kedelai jenis Glycine max yaitu
kedelai putih yang bijinya agak kekuningan.
Kedelai merupakan sumber
utama protein nabati dan minyak nabati dunia.Pemanfaatan utama kedelai adalah
dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi
penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Biji kedelai yang kering
akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong
epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian
batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna
bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil
hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem
perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah
penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.
Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakantanaman
hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera
berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini
menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini
berbunga.
Pertumbuhan kedelai yang
ditanam menggunakan media kapas ternyata tidak tumbuh sempurna, bahkan biji
kedelai yang ditanam pada media kapas sebelum berkembang terjadi pembusukan
terlebih dahulu. Padahal diberi system perairan yagn cukup dan pencahayaa yang
cukup pula. Ada banyak factor yang membuat biji kedelai tidak dapat tumbuh pada
media kapas salah satunya karena kapas tidak dapat memberikan nutrisi yang
cukup, berbeda halnya jika di tanam pada media tanah, tanaman kedelai tidak
cocok ditanam pada media kapas karena dilihat dari karakteristik tanaman
tersebut.
Tanaman kedelai
mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping
(horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar
akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air.
Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120
cm. Kedelai berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6
cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau
tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi
terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan
setengah terbatas (semi-indeterminate).
Dilihat dari karakteristik tersebut oleh
karenanya tumbuhan kedelai tidak cocok
ditanam pada media kapas. Ini memberikan pengetahuan baru khususnya kepada
peneliti jika ingin membudidayakan kedelai bisa menggunakan media selain kapas.
Agar hasil yang diperoleh memuaskan bisa menggunakan media tanah.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Media
tanam dalam perkecambahan dan pertumbuhan kedelai sangat berpengaruh. Media
tanam yang tidak cocok dan tidak baik tidak akan dapat membuat Glycine max tumbuh dengan sempurna,
bahkan tidak akan berkecambah.
2. Penelitian
ini menunjukan media tanam yang paling baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan
kedelai adalah Tanah merah, pasir, abu gosok. Selain ketiga media tersebut
tidak cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan kedelai atau Glycine max.
PENGARUH
MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN Glycine
max
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Terstruktur
Mata Kuliah: Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu: Hj. Ria Yulia
Gloria,SP,M.Pd
![]() |
Disusun Oleh:
Dewi
Fortuna Rohmayudrani
Eva Fatwa
Setianingsih
Maya Siti
Maemunah
Mila
Khusna
Siti
Munawaroh
Siti Yuni
Sufinah
Biologi B /
Semester VI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
![]() |



Tidak ada komentar:
Posting Komentar