Selasa, 02 Oktober 2012

penelitian terhadap Glycine max


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Perkecambahan adalah salah satu tahap yang termasuk ke dalam rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan berupa tumbuhnya embrio yang terdapat pada biji. Embrio tersebut akan tumbuh menjadi plantula (tumbuhan kecil) yang akan tumbuh semakin besar menjadi tumbuhan dewasa. Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh faktor internal (genetik dan fisiologi) dan faktor eksternal ( Kelembaban, pH, air, oksigen, suhu, cahaya dan nutrisi).
Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur-unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut.
Media tanam merupakan media atau tempat dimana tanaman atau biji dapat tumbuh dan berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, mahasiswa selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji mereka. Dan sering kali tidak melakukan percobaan menggunakan media tanam lain seperti sekam, serbuk kayu, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penilaian tentang ”PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN Glycine max”
B.       RUMUSAN MASALAH
a.    Sejauh manakah pengaruh media tanam terhadap perkecambahan  Glycine max?
b.    Jenis media tanam apa ssajakah yang cocok untuk perkecambahan  Glycine max?
C.      TUJUAN PENELITIAN
a.    Mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan  Glycine max
b.    Mengetahui media tanam yang cocok untuk perkecambahan  Glycine max
D.      MANFAAT PENELITIAN
a.    Dapat mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkecambahan  Glycine max
b.    Dapat mengetahui media tanam yang cocok untuk perkecambahan  Glycine max



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      MEDIA TANAM
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik
a.       Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi. Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.
b.      Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
Tanah merupakan lapisan kulit bumi palin luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan yang dalam proses terjadimya telah bercampur dengan macam-macam bahan organik. Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh factor bahan induk, iklim, organisme, bentuk wilayah, dan waktu.
Perbandingan komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah bahan mineral 45 persen, bahan organic 5 persen, air 25 persen, dan udara 25 persen. Jika di dalam tanah terdapat sedikit nitrogen, maka pertumbuhan akar lebih cepat. Sebaliknya jika di dalam tanah kaya nitrogen maka pertumbuhan akar akan lambat.
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron.
http://goldenbisnis.files.wordpress.com/2008/07/tekstur-tanah.jpg?w=426
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah pasir sedikit mengandung unsure hara tanah seperti nitrogen. Di dalam tanah pasir juga tidak terdapat mikroorganisme maupun bahan organik yang membantu proses penyuburan tanah. Padahal kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan mempunyai perbandingan komponen tanah, yaitu mineral 45 persen, bahan organik 5 persen, air 25 persen, dan udara 25 persen.
Tanah  pasir  sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Media tanam pasir sebenarnya kurang baik karena mempunyai porositas yang besar dan tidak dapat menyerap air tetapi hanya dapat meneruskan air. Pasir juga menyerap sangat sedikit air dan nutrisi.
Tetapi keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif.
B.       PERKECAMBAHAN GLYCINE MAX
Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
Kedelai berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.
C.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKECAMBAHAN
Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh berbagai yaitu faktor internal  dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi proses perkecambahan yaitu :
a.       Hormon
Hormon adalah sinyal kimia yang mengkoordinasi bagian-bagian suatu organisme (Campbell. 2002: 378). Di antara banyak hormon yang berpengaruh dalam perkecambahan yaitu : hormon auksin bekerja merangsang pembelahan dan pemanjangan sel – sel, meningkatkan perkembangan bunga dan buah dan merangsang terjadinya fototropisme. Hormon giberilin bekerja merangsang pertumbuhan batang dan daun dan berperan penting dalam proses perkecambahan (merangsang embrio, membentuk suspensor).
b.      Kematangan Embrio
Embrio harus mengalami pematangan oleh hormon – hormon agar mengalami proses diferensiasi sel, histogenesis, dan organogenesis sehingga terbentuk kecambah dan berkembang menjadi individu baru.
c.       Faktor Genetis
Gen yang diturunkan dari tanaman induk ke embrio bisa saja gen dominan, sehingga tumbuhan dapat bersaing mendapatkan nutrisi dengan tumbuhan lain. Atau gen resesif yang tumbuh tidak optimal dan tidak mampu bersaing dengan tumbuhan lain.
Faktor eksternal  yang mempengaruhi proses perkecambahan yaitu :
a.       Kelembaban udara
Jika kelembaban udara rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat – zat mineral juga meningkat. Hal ini akan membuat pertumbuhan tanaman meningkat. Begitu juga sebaliknya.
b.      Intensitas cahaya
Fotosintesis hanya bisa terjadi jika ada cahaya. Jika tidak ada cahaya, fotosintesis tidak akan terjadi sehingga tidak tersedia sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap kerja hormon auksin.
c.       Suhu
Hormon hanya dapat bekerja optimal jika suhu lingkungan juga optimal. Jika suhu melebihi optimal, aktivitas hormon akan berkurang. Demikian juga jika suhu terlalu rendah, reaksi kimia di dalam sel akan terganggu sehingga pertumbuhan juga terganggu.
d.      Nutrisi
Nutrisi diperlukan sebagai sumber energi dan sebagai penyusun komponen – komponen sel bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Jika tumbuhan kekurangan nutrisi, akan mengalami defisiensi.
e.       Kadar oksigen (areasi)
Oksigen di dalam tanah diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi. Respirasi akar akan bermanfaat dalam perkembangan sel – sel akar dan juga berguna untuk membantu penyerapan nutrisi dari dalam tanah.
f.       Kadar air
Air yang cukup diperlukan untuk meningkatkan kadar oksigen dari dalam tanah. Air juga berperan dalam peristiwa imbibisi yang menyebabkan perubahan kondisi di dalam sel sehingga hormon – hormon pertumbuhan diaktifkan.
D.      HIPOTESIS
Terdapat pengaruh media tanam terhadap perkecambahan  Glycine max
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.      WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 2 mei-12 mei 2012.
B.       ALAT dan BAHAN PENELITIAN
a.    Alat Penelitian
a)         Pot
b)        Alat tulis
b.    Bahan Penelitian
a)         Biji Glycine max
b)        Media tanam, yaitu : kapas, tanah merah, pasir, sekam, serbuk kayu, bubur kardus.
c)         Air
C.      LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
a.    Biji Glycine max di rendam terlebih dahulu di dalam air selama ± 2 jam, agar mempercepat proses perkecambahanya.
b.    Pot sebanyak 6 buah di isi dengan media tanam, yaitu : kapas, tanah merah, pasir, sekam, serbuk kayu, bubur kardus. Pada masing-masing pot yang berbeda.
c.    Sebanyak 10 biji Glycine max  yang telah terlebih dahulu di rendam dalam air, di semai kedalam masing pot yang telah di isi dengan media tanam yang berbeda.
d.   Pot di simpan di halaman rumah.
e.    Diamati perkecambahan biji Glycine max  selama 10 hari dan di catat perkembanganya.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      HASIL PENGAMATAN
A.    Media Tanah
Hari Ke -
Tinggi batang
Panjang Daun
Lebar Daun
Keterangan
1
-
-
-
Belum berkecambah
2
-
-
-
Berkecambah 1 cm
3
-
-
-
Berkecambah 3-4 cm
4
2,5 cm
-
-
Mulai muncul bakal daun tetapi belum membuka
5
4 cm
-
-
Biji sudah membuka dan terlihat bakal daun tetapi belum keluar sempurna
6
4 cm
-
-
Sudah muncul bakal daun tetapi belum membuka dan melebar
7
8 cm
1,5 cm
1 cm
Pertumbuhan pesat, daun sudah membuka
8
15 cm
3 cm
1,7 cm
70% biji berhasil tumbuh dan berkembang
9
18 cm
3 cm
2 cm
Bakal daun selanjutnya sudah mulai terlihat
10
20 cm
4 cm
2,4 cm
Berkembang pesat dan semakin banyak bakal daun yang akan tumbuh
Tabel pertumbuhan kedelai pada media tanah






B.     Media Abu Gosok
Tabel pertumbuhan kedelai pada media abu gosok
Hari ke-
Tinggi batang
Keterangan
1
-
Masih berupa biji
2
1.8 cm
Sudah mulai berkecambah
3
2,9 cm
Muncul satu kecambah
4
4,5 cm
kecambah  semakin bertambah tingginya
5
6,2 cm
Kecambah berwarna hijau
6
7,9 cm
Kecambah membelah
7
9.3 cm
Tanaman mulai muncul daun
8
11,7 cm
Tinggi tanaman bertambah dan bentuk daun mulai terlihat
9
14,4 cm
Tanaman semakin tumbuh dengan baik, dan kembali muncul adanya kecambah
10
16,8 cm
Tanaman berkembang baik, kecambah telah berkembang menjadi tanaman kedelai kecil baru

C.     Media Pasir
Tabel pertumbuhan kedelai pada media Pasir
Hari ke-
Tinggi batang
Keterangan
1
-
Masih berupa biji
2
-
Masih berupa biji
3
-
Muncul satu kecambah
4
1 cm
kecambah  semakin bertambah tingginya
5
1,5 cm
Kecambah berwarna hijau
6
7 cm
Kecambah membelah
7
8 cm
Tanaman mulai muncul daun
8
13 cm
Tinggi tanaman bertambah dan bentuk daun mulai terlihat
9
14 cm
Tanaman semakin tumbuh dengan baik, dan kembali muncul adanya kecambah
10
18
Tanaman berkembang baik, kecambah telah berkembang menjadi tanaman kedelai kecil baru

D.    Media Serbuk Kayu
Tabel pertumbuhan  kedelai pada seerbuk kayu

Hari ke-
Tinggi
Lebar daun
Panjang daun
1(Rabu)
-
-
-
2
-
-
-
3
-
-
-
4
-
-
-
5
-
-
-
6
Mulai berkecambah
-
-
7
berkecambah
-
-
8
0
0
0
9
0
0
0
10
0
0
0
Ket : (-) Belum terjadi perubahan apa-apa
(0)   Tanaman mati















E.     Media Kapas
Tabel pertumbuhan kedelai pada media Kapas
Hari ke-
Tinggi batang
Keterangan
1
-
Mati
2
-
Mati
3
-
Mati
4
-
Mati
5
-
Mati
6
-
Mati dan Jamuran
7
-
Mati dan Jamuran
8
-
Mati dan Jamuran
9
-
Mati dan Jamuran
10
-
Mati dan Jamuran

F.      Media Kardus
Tabel pertumbuhan kedelai pada media Kardus
Hari ke-
Tinggi batang
Keterangan
1
-
Masih berupa biji
2
-
Masih berupa biji
3
-
Muncul satu kecambah
4
1 cm
kecambah  semakin bertambah tingginya
5
1,5 cm
Kecambah berwarna hijau
6
7 cm
Kecambah membelah
7
8 cm
Tanaman mulai muncul daun
8
13 cm
Tinggi tanaman bertambah dan bentuk daun mulai terlihat
9
14 cm
Tanaman semakin tumbuh dengan baik, dan kembali muncul adanya kecambah
10
18
Tanaman berkembang baik,




B.       PEMBAHASAN
1.      Media Tanah
Tanah merupakan lapisan kulit bumi palin luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan yang dalam proses terjadimya telah bercampur dengan macam-macam bahan organik. Terbentuknya tanah dipengaruhi oleh factor bahan induk, iklim, organisme, bentuk wilayah, dan waktu.
Perbandingan komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah bahan mineral 45 persen, bahan organic 5 persen, air 25 persen, dan udara 25 persen. Jika di dalam tanah terdapat sedikit nitrogen, maka pertumbuhan akar lebih cepat. Sebaliknya jika di dalam tanah kaya nitrogen maka pertumbuhan akar akan lambat.
Berdasarkan hasil yang telah didapat, tanah merupakan media terbaik bagi perkecambahan dan pertumbuhan kedelai. Hal itu dibuktikan dengan hasil dari hari pertama sampai hari ke-10 yang menunjukan peningkatan, baik dari segi tinggi batang, panjang daun dan lebar daun. Pada hari ke-4 pengamatan, telah didapatkan hasil dari tinggi batang kedelai sebesar 2,5 cm, setelah meencapai hari ke-10 tinggi kedelai mencapai 20 cm. Jika dibandingkan dengan media tanam lainnya misalnya pasir, media tanah lebih baik dan lebih cocok untuk media tanam kedelai. Tanah merupakan media yang memiliki unsur paling lengkap dibandingkan media yang lainnya. Tanah yang memiliki kualitas bagus memiliki kandungan unsur hara yang lengkap. Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman :
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl).
2.      Media Sekam Bakar
Sekam dikenal sebagai campuran media yang cukup baik untuk mengalirkan air, sehingga media tetap terjaga kelembabannya. Sekam adalah sekam yang sudah melewati proses pembakaran yang tak sempurna berwarna hitam.
Komposisi kimiawi dari sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa bahan organik lainnya. pH sekam antara 8.5 - 9.
Sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik.  Karena kandungan dan sifat ini, sekam sering digunakan sebagai media tanam tanaman hias maupun campuran pembuatan kompos.
Berdasarkan hasil pengamatan, sekam kurang cocok untuk media perkecambahan kedelai karena pH terlalu basa, sehingga menghambat proses perkecambahan. Selain itu di dalam percobaan ini media tumbuh yang di buat.
sekam tidak mencampurkan tanah di dalamnya.  Di bandingkan dengan media tumbuh tanah media tumbuh dari sekam ini, perkecambahanya lebih lambat akan tetapi di bandingkan dewnngan media tumbuh yang lain seperti kapas, bubur kardus, media sekam ini lebih baik.
3.      Media Pasir
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka media tanah pasir dapat digunakan untuk menanam tumbuhan sebagai alternative dari media tanah liat. Meskipun tanah pasir dapat digunakan sebagai media tanam namun tanah ini memiliki beberapa kekurangan yang akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tanaman yang di tanam dalam tanah pasir akan mengalami pertumbuhan yang lambat. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kecambah kedelai muncul pada hari keempat. Dengan demikian berarti pertumbuhan pada tanah pasir lebih lambat Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering.

4.      Media Serbuk Kayu
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kacang kedelai yang di tanam pada serbuk kayu hanya dapat berkecambah tetapi hanya dua hari dan hari berikutnya terjadi pembusukan. Serbuk Kayu merupakan bahan dasar pembuatan media tanam (baglog). Serbuk kayu mengandung beragam zat didalamnya yang dapat memacu pertumbuhan atau sebaliknya. Zat-zat yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh yaitu karbohidrat serat dan lignin. Sedangkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan yaitu zat metabolit sekunder atau yang umum dikenal sebagai getah dan atsiri. Dengan demikian serbuk kayu yang digunakan hendaknya dari pohon tidak bergetah seperti albasia, randu, meranti dan lain-lain. Serbuk kayu di Indonesia mudah diperoleh pada pabrik-pabrik penggergajian kayu. Bahan ini sangat melimpah dan belum banyak dimanfaatkan walaupun memiliki kegunaan lain seperti pembuatan papan partikel, gerabah atau genting. Pemilihan serbuk kayu perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu serbuk kayu yang akan digunakan haruslah masih segar. Serbuk kayu yang telah lapuk atau busuk ada kemungkinan membawa kontaminan seperti bakteri atau cendawan lain. Serbuk kayu yang berasal dari kayu keras seperti albasia dan meranti sangat baik untuk mempertahankan bentuk baglog agar tidak berubah. Serbuk kayu yang tercampur oleh minyak atau oli perlu dihindarkan karena akan menghambat bahkan membunuh hifa-hifa jamur.(Anonim, 2011)
Serbuk gergaji kayu sebagai media tanam dapat di campur dengan bahan lain. Kayu atau serbuk gergajian yang  paling baik digunakan sebagai media tanam : kayu harus steril, yakni tidak mengandung pestisida atau bahan beracun lainnya. Karena itu, jangan digunakan kayu awetan
5.      Media Kardus
Dari hasil pengamatan selama 10 hari pada perkecambahan, yang ditanam pada media kardus memiliki  pertumbuhan yang tidak cepat, Faktor yang paling berpengaruh dalam perkecambahan adalah Imbibisi, yaitu penyerapan air oleh biji, adapun kacang hijau yang di rendam terlebih dahulu akan tumbuh lebih cepat dari yang di cuci biasa. Seperti pada hasil pengamatan pada perkecambahan kacang kedelai hanya satu yang tumbuh itupun hanya  berupa bakal, belum terdapat daun yang sempurna. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh media terhadap pertumbuhan perkecambahan sangat berpengaruh, selain  hal tersebut penngaruh intensitas cahaya sangat berpegaruh terhadap petumbuhan. 
Pada saat melakukan pengamatan selama 10 hari media tanam diberi air secukupnya untuk menjaga kelembaban pada media tanam tersebut. Bila kelembapan rendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaanini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan perkecambahan mati dan membusuk disebabkan, kurangnya suhu kelembaban udara, suhu lingkungan, mungkin media tanam yang digunakan tidak sesuai digunakan untuk perkecambahan.
6.      Media Kapas
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai pertumbuhan kacang kedelai pada media kapas, sama halnya pada media sebelumnya, kacang kedelai sebelum ditanam direndam terlebih dahulu didalam air, agar dapat membantu mempercepat proses perkecambahan. Kita tahu bahwa Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Dan yang kami gunakan untuk pengamatan yaitu kedelai jenis Glycine max yaitu kedelai putih yang bijinya agak kekuningan.
Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakantanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
Pertumbuhan kedelai yang ditanam menggunakan media kapas ternyata tidak tumbuh sempurna, bahkan biji kedelai yang ditanam pada media kapas sebelum berkembang terjadi pembusukan terlebih dahulu. Padahal diberi system perairan yagn cukup dan pencahayaa yang cukup pula. Ada banyak factor yang membuat biji kedelai tidak dapat tumbuh pada media kapas salah satunya karena kapas tidak dapat memberikan nutrisi yang cukup, berbeda halnya jika di tanam pada media tanah, tanaman kedelai tidak cocok ditanam pada media kapas karena dilihat dari karakteristik tanaman tersebut.
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Kedelai berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate).
Dilihat dari karakteristik tersebut oleh karenanya tumbuhan kedelai  tidak cocok ditanam pada media kapas. Ini memberikan pengetahuan baru khususnya kepada peneliti jika ingin membudidayakan kedelai bisa menggunakan media selain kapas. Agar hasil yang diperoleh memuaskan bisa menggunakan media tanah.

























BAB V
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
1.    Media tanam dalam perkecambahan dan pertumbuhan kedelai sangat berpengaruh. Media tanam yang tidak cocok dan tidak baik tidak akan dapat membuat Glycine max tumbuh dengan sempurna, bahkan tidak akan berkecambah.
2.    Penelitian ini menunjukan media tanam yang paling baik untuk perkecambahan dan pertumbuhan kedelai adalah Tanah merah, pasir, abu gosok. Selain ketiga media tersebut tidak cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan kedelai atau Glycine max.





















PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERKECAMBAHAN Glycine max
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah: Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu: Hj. Ria Yulia Gloria,SP,M.Pd



Logo IAIN CIREBON
 







Disusun Oleh:
Dewi Fortuna Rohmayudrani
Eva Fatwa Setianingsih
Maya Siti Maemunah
Mila Khusna
Siti Munawaroh
Siti Yuni Sufinah


Biologi  B / Semester VI



JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2 0 12



Tidak ada komentar:

Posting Komentar